Read more: http://impoint.blogspot.com/2013/03/cara-membuat-auto-readmore-di-blog.html#ixzz2h0XRxHvu Dilarang copy paste artikel tanpa menggunakan sumber link - DMCA Protected Follow us: @ravdania on Twitter | pemakan.worell on Facebook

11.19.2010

Tari Piring ala SURAT (Sumatra barat)

Tari piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang, adalah salah satu jenis Seni Tari yang berasal dari Sumatra Barat yaitu masyarakat Minangkabau disebut dengan tari piring karena para penari saat menari membawa piring.
Pada awalnya dulu kala tari piring diciptakan untuk memberi persembahan kepada para dewa ketika memasuki masa panen, tapi setelah datangnya agama islam di Minangkabau tari piring tidak lagi untuk persembahan para dewa tapi ditujukan bagi majlis-majlis keramaian yang dihadiri oleh para raja atau para pembesar negeri, tari piring juga dipakai dalam acara keramaian lain misalnya seperti pada acara pesta perkawinan.

Mengenai waktu kemunculan pertama kali tari piring ini belum diketahui pasti, tapi dipercaya bahwa tari piring telah ada di kepulaian melayu sejak lebih dari 800 tahun yang lalu. Tari piring juga dipercaya telah ada di Sumatra barat dan berkembang hingga pada zaman Sri Wijaya. Setelah kemunculan Majapahit pada abad ke 16 yang menjatuhkan Sri Wijaya, telah mendorong tari piring berkembang ke negeri-negeri melayu yang lain bersamaan dengan pelarian orang-orang sri wijaya saat itu.
Urutan Seni Tari Piring
Pada Seni tari piring dapat dilakukan dalam berbagai cara atau versi, hal itu semua tergantung dimana tempat atau kampung dimana Tarian Piring itu dilakukan. Namun tidak begitu banyak perbedaan dari Tari Piring yang dilakukan dari satu tempat dengan tempat yang lainnya, khususnya mengenai konsep, pendekatan dan gaya persembahan. Secara keseluruhannya, untuk memahami bagaimana sebuah Tari Piring disajikan, di bawah ini merupakan urutan atau susunan sebuah persembahannya.

1. Persiapan awal

Sudah menjadi kebiasaan bahwa sebuah persembahan kesenian harus dimulakan dengan persediaan yang rapi. Sebelum sebuah persembahan diadakan, selain latihan untuk mewujudkan kecakapan, para penari Tari Piring juga harus mempunyai latihan penafasan yang baik agar tidak kacau sewaktu membuat persembahan.
Menjelang hari atau masa persembahan, para penari Tari Piring harus memastikan agar piring-piring yang mereka akan gunakan berada dalam keadaan baik. Piring yang retak atau sumbing
harus digantikan dengan yang lain, agar tidak membahayakan diri sendiri atauorang ramai yang menonton. Ketika ini juga penari telah memutuskan jumlah piring yang akan digunakan.

2. Mengawali tarian

Tari Piring akan diawali dengan rebana dan gong yang dimainkan oleh para pemusik. Penari akan memulai Tari Piring dengan ’sembah pengantin’ sebanyak tiga kali sebagai tanda hormat kepada pengantin tersebut yaitu; sembah pengantin tangan di hadapan sembah pengantin tangan di sebelah kiri sembah pengantin tangan di sebelah kanan.

3. Saat Menari


Selesai dengan tiga peringkat sembah pengantin, penari Tari Piring akan memulakan tariannya dengan mencapai piring yang di letakkan di hadapannya serta mengayun-ayunkan tangan ke kanan dan kiri mengikut rentak muzik yang dimainkan. Penari kemudian akan berdiri dan mula bertapak atau memijak satu persatu piriring-piring yang telah disusun lebih awal tadi sambil menuju ke arah pasangan pengantin di hadapannya. Pada umumnya, penari Tari Piring akan memastikan bahwa semua piring yang telah diatur tersebut dipijak. Setelah semua piring selesai dipijak, penari Tari Piring akan mengundurkan langkahnya dengan memijak semula piring yang telah disusun tadi. Penari tidak boleh membelakangkan pengantin.
Dalam masa yang sama kedua tangan akan berterusan dihayun ke kanan dan ke kiri sambil menghasilkan bunyi ‘ting ting ting ting …….’ hasil ketukan jari-jari penari yang telah disarung cincin dangan bagian bawah piring. Sesekali, kedua telapan tangan yang diletakkan piring akan dipusing-pusingkan ke atas dan ke bawah disamping seolah-olah memusing-musingkannya di atas kepala.

4. Mengakhiri Tarian

Sebuah sajian Tari Piring oleh seseorang penari akan dapat berakhir apabila semua piring telah dipijak dan penari menutup sajiannya dengan melakukan sembah penutup atau sembah pengantin sekali lagi. Sembah penutup juga diakhiri dengan tiga sembah pengantin dengan susunan berikut; sembah pengantin tangan sebelah kanan sembah pengantin tangan sebelah kiri sembah pengantin tangan sebelah hadapan.


MAKNA DARI PROSESI TARI PIRING


Tari Piring dikatakan tercipta dari ”wanita-wanita cantik yang berpakaian indah, serta berjalan dengan lemah lembut penuh kesopanan dan ketertiban ketika membawa piring berisi makanan yang lezat untuk dipersembahkan kepada dewa-dewa sebagai sajian. Wanita-wanita ini akan menari sambil berjalan, dan dalam masa yang sama menunjukan kecakapan mereka membawa piring yang berisi makanan tersebut”. Kedatangan Islam telah membawa perubahan kepada kepercayaan dan konsep tarian ini. Tari Piring tidak lagi dipersembahkan kepada dewa-dewa, tetapi untuk majlis-majlis keramaian yang dihadiri bersama oleh raja-raja atau pembesar negeri.
Keindahan dan keunikan Tari Piring telah mendorong kepada perluasan persembahannya dikalangan rakyat jelata, yaitu dimajlis-majlis perkawinan yang melibatkan persandingan. Dalam hal ini, persamaan konsep masih wujud, yaitu pasangan pengantin masih dianggap sebagai raja yaitu ‘Raja Sehari’ dan layak dipersembahkan Tari Piring di hadapannya ketika bersanding.
Seni Tari Piring mempunyai peranan yang besar di dalam adat istiadat perkawinan masyarakat Minangkabau. Pada dasarnya, persembahan sesebuah Tari Piring di majlis-majlis perkawinan adalah untuk tujuan hiburan semata-mata. Namun persembahan tersebut boleh berperanan lebih dari pada itu. Persembahan Tari Piring di dalam sesebuah majlis perkawinnan boleh dirasai peranannya oleh empat pihak yaitu; kepada pasangan pengantin kepada tuan rumah kepadaorang ramai kepada penari sendiri.
Pada umumnya, pakaian yang berwarna-warni dan cantik adalah hal wajib bagi sebuah tarian. Tetapi pada Tari Piring, sudah cukup dengan berbaju Melayu dan bersamping saja. Warna baju juga adalah terserah kepada penari sendiri untuk menentukannya. Namun, warna-warna terang seperti merah dan kuning sering menjadi pilihan kepada penari Tari Piring kerana ia lebih mudah di lihat oleh penonton.

Selengkapnya......

11.17.2010

Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan

Ilmu Pengetahuan lazim digunakan dalam pengertian sehari-hari, terdiri dari dua kata, yaitu “ ilmu “ dan “ pengetahuan “, yang masing-masing punya identities sendiri-sendiri. Dikalangan ilmuwan ada keseragaman pendapat, bahwa ilmu itu selalu tersusun dari pengetahuan secara teratur, yang diperoleh dengan pangkal tumpuan (objek) tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif. Pengertian pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah sederhana karena bermacam-macam pandangan dan teori (epistemologi), diantaranya pandangan Aristoteles, bahwa pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang budi. Dan oleh Bacon & David Home pengetahuan diartikan sebagai pengalaman indera dan batin.
Menurut Imanuel Kant pengehuan merupakan persatuan antara budi dan pengalaman.Dari berbagai macam pandangan tentang pengetahuan diperoleh sumber-sumber pengetahuan berupa ide, kenyataan, kegiatan akal-budi, pengalaman, sintesis budi, atau meragukan karena tak adanya sarana untuk mencapai pengetahuan yang pasti.
Untuk membuktikan pengetahuan itu benar, perlu berpangkal pada teori kebenaran pengetahuan :

1. Pengetahuan dianggap benar apabila dalil (proposisi) itu mempunyai hubungan dengan dalil (proposisi) yang terdahulu

2. Pengetahuan dianggap benar apabila ada kesesuaian dengan kenyataan.

3. Pengetahuan dianggap benar apabila mempunyai konsekwensi praktis dalam diri yang mempunyai pengeahuan itu.

Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya yaitu ; ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Epistemologis hanyalah merupakan cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi tubuh ilmu pengetahuan. Ontologis dapat diartikan hakekat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas ruang lingkup ujud yang menajdi objek penelaahannya. Atau dengan kata lain ontologism merupakan objek formal dari suatu pengetahuan. Komponen aksiologis adalah asas menggunakan ilmu pengetahuan atau fungsi dari ilmu pengetahuan.

Pembentukan ilmu akan berhadapan dengan objek yang merupakan bahan dalam penelitian, meliputi objek material sebagai bahan yang menadi tujuan penelitian bulat dan utuh, serta objek formal, yaitu sudut pandangan yang mengarah kepada persoalan yang menjadi pusat perhatian. Langkah-langkah dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan. Dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta yang mendukung apa yang dipikirkan untuk sistemasi, kemudian menggolong-golongkan dan membuktikan dengan cara berpikir analitis, sistesis, induktif dan deduktif. Yang terakhir ialah pengujian kesimpulan dengan menghadapkan fakta-fakta sebagai upaya mencari berbagai hal yang merupakan pengingkaran.

Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan obyektif diperlukan sikap yang bersifat ilmiah, yang meliputi empat hal yaitu :

1. Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga menacapi pengetahuan ilmiah yang obeyktif.

2. Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada.

3. Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap indera dam budi yang digunakan untuk mencapai ilmu.

4. Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.

Permasalahan ilmu pengetahuan meliputi arti sumber, kebenaran pengetahuan, serta sikap ilmuwan itu sendiri sebagai dasar untuk langkah selanjutnya.

Teknologi

Dalam konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah dikatakan bahwa pengetahuan (body ofknowledge), dan teknologi sebagai suatu seni (state of arts ) yang mengandung pengetian berhubungan dengan proses produksi; menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan ketrampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi. “secara konvensional mencakup penguasaan dunia fisik dan biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi sosial, terutama teknoogi sosial pembangunan (the social technology of development) sehingga teknologi itu adalah merode sistematis untuk mencapai tujuan insani (Eugene Stanley, 1970).

Teknologi memperlihatkan fenomenanya alam masyarakat sebagai hal impersonal dan memiliki otonomi mengubah setiap bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis. Jacques Ellul dalam tulisannya berjudul “the technological society” (1964) tidak mengatakan teknologi tetapi teknik, meskipun artinya sama. Menurut Ellul istilah teknik digunakan tidak hanya untuk mesin, teknologi atau prosedur untuk memperoleh hasilnya, melainkan totalitas metode yang dicapai secara rasional dan mempunyai efisiensi (untuk memberikan tingkat perkembangan) dalam setiap bidang aktivitas manusia. Jadi teknologi penurut Ellul adalah berbagai usaha, metode dan cara untuk memperoleh hasil yang distandarisasi dan diperhingkan sebelumnya.

Fenomena teknik paa masyarakat ikini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagia berikut :

1. Rasionalistas, artinya tindakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional.

2. Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.

3. Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi kegiatan teknis.

4. Teknik berkembang pada suatu kebudayaan.

5. Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung.

6. Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan.

7. otonomi artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.

Teknologi yang berkembang denan pesat meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Luasnya bidang teknik digambarkan sebagaia berikut :

1. Teknik meluputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan barang-barang industri. Dengan teknik, mampu mengkonsentrasikan capital sehingga terjadi sentralisasi ekonomi.

2. Teknik meliputi bidang organisasional seperti administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum dan militer.

3. Teknik meliputi bidang manusiawi. Teknik telah menguasai seluruh sector kehidupan manusia, manusia semakin harus beradaptasi dengan dunia teknik dan tidak ada lagi unsur pribadi manusia yang bebas dari pengaruh teknik.

Alvin Tofler (1970) mengumpakana teknologi itu sebagai mesin yang besar atau sebuah akselarator (alat pemercepat) yang dahsyat, dan ilmu pengetahuan sebagai bahan bakarnya. Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan secara kuantitatif dan kualtiatif, maka kiat meningkat pula proses akselerasi yagn ditimbulkan oleh mesinpengubah, lebih-lebih teknologi mampu menghasilkan teknologi yang lebih banyak dan lebih baik lagi.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian-bagian yang dapat dibeda-bedakan, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain dalam kerangka nasional seperti kemiskinan.

Kemiskinan

Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain. Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal :

1. Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
2. Posisi manusia dalam lingkungan sekitar
3. Kebutuhan objectif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi

Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat istiadat, dan sistem nilai yang dimiliki. Dalamhal ini garis kemiskinan dapat tinggi atau rendah. Terhadap posisi manusia dalam lingkungan sosial, bukan ukuran kebutuhan pokok yang menentukan, melainkan bagaimana posisi pendapatannya ditengah-tengah masyarakat sekitarnya. Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi ditentukan oleh komposisi pangan apakah benilai gizi cukup dengan nilai protein dan kalori cukup sesuai dengan tingkat umur, jenis kelamin, sifat pekerjaan, keadaan iklim dan lingkungan yang dialaminya.
Kesemuanya dapat tersimpul dalam barang dan jasa dan tertuangkan dalam nilai uang sebgai patokan bagi penetapan pendapatan minimal yang diperlukan, sehingga garis kemiskinan ditentukan oleh tingkat pendapatan minilam ( versi bank dunia, dikota 75 $ dan desa 50 $AS perjiwa setahun, 1973) ( berapa sekarang ? )

Berdasarkan ukuran ini maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki cirri-ciri sebagai berikut :

1. Tidak memiliki factor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan. Dll
2. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan ataua modal usaha
3. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai taman SD
4. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas
5. Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.

Kemiskinan menurut orang lapangan (umum) dapat dikatagorikan kedalam tiga unsure :

1. Kemiskinan yang disebabkan handicap badaniah ataupun mental seseorang
2. Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam
3. Kemiskinan buatan. Yang relevan dalam hal ini adalah kemiskinan buatan, buatan manusia terhadap manusia pula yang disebut kemiskinan structural. Itulah kemiskinan yang timbul oleh dan dari struktur-struktur buatan manusia, baik struktur ekonomi, politik, sosial maupun cultural. Selaindisebabkan oleh hal – hal tersebut, juga dimanfaatkan oleh sikap “penenangan” atau “nrimo”, memandang kemiskinan sebagai nasib, malahan sebagai takdir Tuhan. Kemiskinan menjadi suatu kebudayaan atau subkultur, yang mempunya struktur dan way of life yang telah turun temurun melalui jalur keluarga. Kemiskinan (yagn membudaya) itu disebabkan oleh dan selama proses perubahan sosial secara fundamental, seperti transisi dari feodalisme ke kapitalisme, perubahan teknologi yang cepat, kolonialisme, dsb.obatnya tidak lain adalah revolusi yang sama radikal dan meluasnya.


Selengkapnya......

Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat

1. Pelapisan Sosial

Masyarakat terbentuk dari individu, sedangkan individu terdiri dari berbagai latar belakang yang akan membentuk suatu masyarakat heterogen yang terdiri dari kelompok sosial. Masyarakat tidak dapat dibayangkan tanpa individu, sedangkan individu sendiri tidak dapat dibayangkan tanpa adanya masyarakat.
google

Pembagian dan pemberian kedudukan yang berhubungan dengan jenis kelamin nampaknya menjadi dasar dari seluruh sistem sosial masyarakat kuno. Pembagian kedudukan antara laki-laki dan perempuan menjadi dasar dalam pembagian pekerjaan, semata-mata adalah oleh sistem kebudayaan itu sendiri. Misalnya saja kedudukan laki-laki di Jawa sangat berbeda dengan kedudukan laki-laki di Minangkabau. Contoh di daerah lain ialah di Irian dan di Bali, wanita harus lebih bekerja keras daripada laki-laki.

2. Kesamaan Derajat

Sifat antara manusia dan lingkungan masyarakat pada umumnya adalah timbal balik, artinya seseorang itu sebagai anggota masyarakat, mempunyai hak dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah dan negara. Dalam melaksanakan hak dan kewajiban harus didasari dengan hati yang tulus tanpa ada keterpaksaan dan ancaman dari pihak lain.

3. Elite dan Massa

Dalam pengertiannya, elite merupakan sekelompok orang dalam masyarakat yang menempati kedudukan tinggi dari sekelompok orang termuka di bidang-bidang tertentu dan khususnya golongan kecil yang memegang kekuasaan. Tipe masyarakat dan sifat kebudayaan sangat menentukan watak elite. Dalam masyarakat industri, watak elitenya berbeda dengan sekali dengan elite di dalam masyarakat primitif.
Dalam konteks ini, adanya kekuasaan dan kedudukan dari masyarakat itu sendiri yang dapat menimbulkan perselisihan. Misalnya saja pada golongan minoritas dan mayoritas di lingkungan tersebut. Penentuan golongan minoritas ini didasarkan pada penghargaan masyarakat terhadap peranan yang dilancarkan dalam kehidupan masa kini, serta andilnya dalam meletakan dasar-dasar kehidupan pada masa yang akan datang.

Golongan elite sebagai minoritas sering ditampakkan dengan beberapa bentuk penampilan, antara lain :

* Elite menduduki posisi yang penting dan cendrung merupakan poros kehidupan masyarakat secara keseluruhan


*Faktor utama adalah keunggulan dan keberhasilan yang dilandasi oleh kemampuan baik yang bersifat fisik maupun psikhis, material maupun immaterial, merupakan heriditer maupun pencapaian


*Dalam hal tanggung jawab, mereka memiliki tanggung jawab yang lebih besar jika dibandingkan dengan masyarakat lain


*Ciri lain yang merupakan konsekuensi logis dari ke-3 hal diatas adalah imbalan yang lebih besar yang diperoleh atas pekerjaan dan usahanya.


3. Pembagian Pendapatan

Pada dasarnya, kehidupan ekonomi hanya ada 2 kelompok, yaitu rumah tangga produsen dan rumah tangga konsumen. Rumah tangga produsen dilakukan dalam proses produksi. Contohnya pedagang yang melakukan jasa berupa menjual hasil pertanian yang telah dibelinya, dari desa ke kota akan memperoleh balas jasa berupa, keuntungan upah karena telah mengangkutnya ke kota, bunga modal karena mengikutsertakan modalnya dalam perdagangan
Dalam melakukan suatu pendapatan, ada hal yang harus diperhatikan, yaitu :

*Sewa tanah
*Upah

*Bunga modal

*Laba pengusaha


Setelah melakukan perhitungan pendaparatan, kita akan mengetahui tingkat income perkapita, dan terlihat perkembangan tingkat potensi kemakmuran rata-rata. Namun harus disadari bahwa tingkat income perkapita hanya tolak ukur untuk membandingkan kemakmuran suatu negara dengan negara lain. Dapat disimpulkan bahwa tingkat income perkapita tinggi belum berarti bahwa tingkat kemakmuran itu telah merata dan dinikmati oleh semua warga negara.

Selengkapnya......

Pemuda dan Sosialisai

1. Internalisasi Belajar dan Spesialisasi

Masa remaja adalah masa transisi dan secara psikologis sangat problematis dan para remaja itu sendiri. Jika terjadi seperti ini, banyak perilaku yang menyimpang atau cendrung melakukan pelanggaran dan norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar, sedangkan kondisi ini juga memungkinkan mereka menjadi sasaran pengaruh media massa.Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanak menujuk masa dewasa yang ditandai oleh beberapa cara. Cara pertama adalah keinginan mencari jati diri (identitas diri), yang kedua adalah kemampuan melepas diri dai ketergantungan orang tua, dan yang ketiga adalah memperoleh aksetabilitas di tengah sesama remaja.

2. Pemuda dan Identitas

Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani bermacam-macam harapan, terutama dari generasi lainnya. Pemuda dapat diartikan sebagai generasi penerus karena harus mengisi dan melasungkan estafet pembangunan secara terus menerus.
Pemuda memiliki potensi yang melekat pada dirinya dan sangat penting sebagai sumber daya manusia.
Proses sosialisasi generasi muda adalah proses yang sangat menentukan kemampuan diri pemuda untuk menselaraskan diri ditengah kehidupan masyarakat. Seorang pemuda harus kreatif dan inovatif dalam melakukan berbagai kegiatan agar dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat dan mampu mengendalikan diri dalam hidupnya, menjaga ego dan emosi, serta mempunyai motivasi sosial yang tinggi.

3. Perguruan dan Pendidikan

Pada kenyataan ini, negara yang sedang berkembang masih menemukan kendala dalam mennyelenggarakan pengembangan tenaga usia muda melalui pendidikan. Kekurangan tenaga terampil itu terasa, manakala negara tersebut berambisi untuk mengembangkan dan memanfaatkan sumber alam yang mereka miliki, misalnya saja negara Indonesia, Bagian negara Afrika, dan lain-lain.
Pembinaan pendidikan sedini mungkin merupakan cara yang efektif untuk mengembangkan bakat-bakat dari generasi muda. Contohnya saja melakukan kegiatan lomba karya ilmiah yang diikuti oleh generasi muda. Cara ini sangat baik untuk memacu dan semangat mereka dalam mengembangkan daya kreatifitas.

Selengkapnya......

11.12.2010

Prasangka Diskriminasi dan Etnosentrisme


  1. Perbedaan Prasangka dengan Diskriminasi
Sikap negatif disebut juga prasangka, walaupun sikap prasangka juga bisa bersifat positif dalam kondisi tertentu. Dalam pengertian ini, sikap prasangka lebih cendrung ke arah negatif karena pengaruh dari faktor lingkungan, sikap dan ego yang tinggi, serta mudah terprovokasi dengan orang lain tanpa ada bukti yang jelas, dan hanya bisa berprasangka dengan orang lain. Seseorang yang mempunyai prasangka rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya, akan tetapi seseorang bertindak diskriminatif tanpa berlatar belakang pada suatu prasangka.
Sikap berprasangka jelas tidak adil, karena sikap yang diambil hanya berdasarkan pada pengalaman atau apa yang didengar. Apabila muncul sikap berprasangka dan diskriminatif terhadap kelompok sosial lain, maka akan terjaadi pertenangan sosial yang lebih luas yang akan berdampak buruk bagi lingkungan sekitar dan kerugian yang cukup besar dalam berbagai aspek.

2. Sebab Timbulnya Prasangka dan Diskriminasia) Latar belakang sejarah

Orang kulit putih di Amerika Serikat berprasangka negatif terhadap orang negro. Orang kulit putih beranggapan bahwa orang negro adalah budak dan orang berkulit putih adalah Tuan rajanya. Contoh lainnya adalah orang negro suka memprovokasi dan suka berbuat onar dalam berbagai aspek kehidupan.

b) Perkembangan sosio, kultural, dan situasional
Sifat prasangka akan muncul dan berkembang apabila terjadi kesenjangan sosial kepada masyarakt sekitar. Contohnya ialah terjadinya Putus Hubungan Kerja (PHK) oleh pimpinan perusahaan terhadap karyawannya. Contoh yang sering kita lihat adalah terjadinya korupsi di jajaran pemerintahan yang membuat rakyatnya menderita dan masyarat hanya bisa berdemonstrasi di tengah jalan, yang hanya membuat kemacetan dijalan.

c) Bersumber dari faktor kepribadian
Keadaan frustasi dari orang ataupun kelompok sosial tertentu dapat menimbulkan tingkah laku yang cukup agresif. Tipe prasangka lebih dominan disebabkan karena sikap orang itu tersendiri. Contohnya saja tipe authorian personality yang memiliki sifat konservatif dan bersifat tertutup kepada khalayak umum dan suka menyendiri.

d) Perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama
Prasangka diatas dapat dikatakan sebagai suatu prasangka yang bersifat universal. Contoh dari kejadian ini misalkan konflik Irlandia Utara – Irlandia Selandia, perang Vietnam, perang Iran dan Irak, perang Palestina dengan Israel. dan lain-lain.

3. Cara Untuk Mengurangi/Menghilangkan Prasangka dan Diskriminasi

a. Perbaikan kondisi sosial ekonomi
Pemerataan pembangunan dan membuka lapangan pekerjaan merupakan cara cukup baik mengurangi angka kemiskinan dan kesenjangan sosial antara masyarakat menengah kebawah dengan menengah keatas. Pemerintah sudah melakukan berbagai macam cara, misalnya saja program Kredit Candak Culak (KCK), Bantuan Langsung Tunai (BLT), Kredit Modal Kerja permanen, Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan lain-lain. Dengan begitu, rasa prasangka ketidakadilan dalam sektor perekonomian antara kelompok ekonomi lemah dengan kelompok ekonomi lemah akan menjadi berkurang dan jauh dari konflik, serta tercipnya suatu kedamaian.

b. Perluasan kesempatan belajar
Usaha pemerintah untuk melakukan pemerataan kesejahteraan dalam bidang pendidikan sudah dilakukan, misalnya saja dana APBN yang sudah mencapai 20% untuk dunia pendidikan, Wajib Belajar (WAJAR) selama 9 tahun, serta program BOS (Biaya Operasional Sekolah). Namun dengan cara itu semua, pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan, misalnya saja kurang efektifnya program Ujian Nasional (UN) yan tidak adil. Para siswa/siswi yang sudah belajar selama 3 tahun harus ditentukan selama 3 hari. Seharusnya yang berhak untuk menentukan itu semua adalah para guru yang mengajar siswa/i nya, karena para guru lebih tahu karakteristik seorang siswa/I tersebut.

4. Etnosentrisme
Setiap suku bangsa atau ras tertentu memiliki ciri khas kebudayaan yang berbeda dan sekaligus menjadi kebanggaan mereka. Suku bangsa ras tersebut cendrung menganggap kebudayaan mereka sebagai salah satu prima, riil, logis, sesuai dengan kodrat alam dan sebagainya. Segala yang berbeda dengan kebudayaan yang mereka miliki, dipandang sebagai, dipandang sebagai suatu yang kurang baik, kurang estetis, dan bertentang dengan kodratnya. Hal tersebut dikenal sebagai Etnosentrisme, yaitu suatu kecendrungan yang menganggap nilai dan norma kebudayaan sendiri sebagai suatu yang prima, terbaik, mutlak, dan dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.
Etnosentirisme merupakan gejala sosial yang universal, dan sikap yang demikian biasanya dilakukan secara tidak sadar, dengan kata lain kecendrungan tidak sadar untuk menginterpresntasikan atau menilai kelompok lain dengan tolak ukur kebudayaannya sendiri. Etnosentrisme dapat dianggap sebagai dasar ideologi Chauvinisme yang pernah dianut oleh orang Jerman pada zaman Nazi Hitler. Mereka merasa dirinya superior , lebih ungguk dari bangsa-bangsa lain dan memandang bangsa lain sebagai inferior, lebih rendah, nista, dan sebagainya.



Selengkapnya......

11.11.2010

Tentang Saya


Assalamualaikum Warahmatullahhiwabarakatuh…,.,

Perkenalkan, nama akte kelahiran saya adalah Muhamad Roby Saputra. Saya lahir di kota Bekasi pada tanggal 09 Mei 1992. Saya anak ke-2 dari 3 bersaudara (Laki-laki ). Kakak saya bernama Muhamad Iqbal. Dia lahir di Jakarta pada tanggal 20 Januari 1988. Saat ini kakak saya kuliah di Universitas Negeri Jakarta dengan jurusan Sosiologi, Insya Allah tahun depan sudah mendapat gelar S-1 (Amin). Adik saya bernama Muhamad Hamka Saputra. Dia lahir di Bekasi pada tanggal 18 Juni 1992. Saat ini adik saya sekolah di SMA 100 di daerah Cipinang muara, Jakarta Timur. Insya Allah tahun depan adik saya lulus SMA setelah menempuh Ujian Nasional dan Ujian lainnya.Ayah Saya bekerja sebagai Wiraswasta. Pada saat ini ayah saya mencoba menjual makanan randang, tepatnya di daerah Pekanbaru, Riau. Sedangkan Ibu saya bekerja sebagai Karyawan BUMN (PT.Telkom Indonesia). Sejak tahun 2003, ibu saya berhenti bekerja dikarenakan ada penyakit di bagian kepalanya dan sempat dirawat selama 2 bulan dirumah sakit. Pada saat itu, saya hanya bisa mendoakan yang terbaik beliaun (Amin).
Pada kesempatan media ini, saya akan memberitahu kelebihan – kelebihan yang ada pada diri saya terlebih dahulu, bicara soal kelebihan yang ada pada diri saya. Yang pertama adalah mungkin saya adalah tipe orang yang tidak suka terlalu ribet, ya yang simple – simple ajalah jadi manusia seperti kata almarhum pak gus dur “gitu aja kok repot”, hehe…, selanjutnya saya adalah tipikal orang yang humoris saya sangaat senang sekali dengan sesuatu yang dapat membuat diri kita tertawa karena katanya sih ketawa itu bisa membuat orang awet muda loh, kalo kata Warkop DKI sih “tertawalah sebelum tertawa itu dilarang”. Saya juga seseorang yang bisa dibilang pemaaf terhadap perbuatan – perbuatan buruk yang pernah dilakukan terhadap saya karena prinsip saya allah saja maha pemaaf bagi semua kaumnya masa ciptaannya tidak, trus saya juga termasuk orang yang bisa dibilang lebih mengutamakan pertemanan atau bahasa kerennya friendly karena teman ada disaat kita susah ataupun kita senang. mungkin cukup segitu saja kali ya saya memberitahukan kelebihan – kelebihan yang ada pada diri saya, nah selanjutnya saya akan memberitahu kekurangan - kekurangan yang terdapat pada diri saya.
Kalau bicara tentang kekurangan dalam diri saya pastilah sangat banyak oleh karena itu saya hanya menulis beberapa kekurangan dari banyaknya kekurangan yang terdapat dalam diri saya, kekurangan pertama yang terdapat pada diri adalah saya seseorang yang lupa akan sesuatu hal, seperti lupa menaruh sesuatu barang yang saya miliki sehingga butuh waktu untuk mencari barang tsb, trus saya juga seseorang yang gampang naik darah atau emosianlah apabila saya dalam keadaan terpojok. Pada saat ini saya akan menceritakan tentang pengalaman saya selma mengenyam dunia pendidikan di Indonesia

Pada tahun 1996, saya mulai masuk ke dunia TK (Taman Kanak-kanak) tepatnya di TKIT Al-Iman di daerah Bekasi Barat. Saya sengaja disekolahkan disana agar saya mendapat pelajaran agama sejak dini. Anak-anak mudah sekali untuk menyerap ilmu yang didapat teruama masalah akhlak, budi pekerti dan sopan santun kepada orang lain, mungkin itu alasan orang tua saya untuk menyekolahkan saya disana
Pada Tahun 1998, yaitu pada saat zamannya Indonesia mencekam dan hebohnya aksi mahasiswa Alhamdulilah saya lulus dari TK, dan melanjutkan ke sekolah SDIT Al-Iman. Di Sekolah tersebut, orang tua saya ditawarkan agar disarankan anaknya melanjutkan ke SDIT Al-Iman, demi mendapatkan ilmu agama yang lebih khusus lagi, dan di ajarkan berbagai macam-macam tentang agama islam, misalnya saja tentang tata cara sholat, menghafal Al-qur’an, dan lain-lain. Di SD tersebut saya mendapatkan ilmu agama yang sangat baik, misalnya saja menghafal Al-qur’an, mempelajari bacaan do’a sehari-hari, dan masih banyak lagi. 6 tahun merupakan waktu yang cukup lama dalam mengenyam pendidikan di Indonesia, oleh karena itu saya mendapatkan pengalaman yang sangat berharga, dimulai dari para guru yang membimbing saya, teman-teman yang selalu bersahabat dan bergaul sama saya, serta lingkungan yang baik dalam melakukan suatu kegiatan. Dari situ saya juga baru mengenal apa itu sebuah persahabatan dan pertemenan, misalnya saja kegiatan Pramuka, kegiatan PERSAMI (Perkemahan Sabtu Minggu), ekskul Basket . Pokoknya, zaman itu adalah zaman SD (Selalu Dikenang)
Pada tahun 2004, yaitu pada saat pergantian presiden pertama kali secara pemilu, Alhamdulilah saya lulus dari SD dengan nilai yang cukup baik. Walaupun saya tidak diterima di SMP negeri, saya tetap bersyukur dengan apa yang saya dapatkan. Ada pepatah mengatakan, “tak adak rotan, kayu pun jadi” mungkin itu peribahasa yang tepat saya. Tak dapat SMP negeri, MTS negeri pun jadi. Ada pepatah lagi mengatakan, “Nasi sudah menjadi bubur”, walaupun sudah tak dapat meraihnya, janganlah putus asa. Alhamdulilah saya diterima di MTs Negeri 21, Jakarta Timur melalui tes tertulis dan tes kesehatan. Selama 3 tahun, Alhamdulilah saya dapat mendalami ilmu agama yang lebih, misalnya saja Ilmu tentang Fiqih, Qur’an Hadist, SKI (Sejarah Kebudayaan Islam), Bahasa Arab, dan Aqidah Akhlak. Di MTs saya dapat melakukan kegiatan di luar akademis, misalnya saja ekskul Basket, Futsal, Pramuka, Paskibra, dan OSIS. Saat itu saya mengikuti kegiatan ekskul yaitu Basket. Alhamdulilah, pada saat melakukan kompetisi, sekolah saya juara 1 dalam tingkat Madrasah se-Jakarta Timur. Setelah juara, saya mewakili daerah Jakarta Timur untuk merebut juara se-DKI Jakarta, akan tetapi pertandingan itu tidak jadi dilaksanakan karena kesalahan teknis dan terpaksa dibatalkan. Selama saya sekolah di MTs, Alhamdulilah saya mendapatan nilai akademis cukup bagus, saya bersyukur .
Pada Tahun 2007, yaitu pada saat Indonesia menjadi tuan rumah piala AFF (tingkat Asia Tenggara), Alhamdulilah saya lulus dari MTs Negreri 21 dan melanjutkan ke SMK Telkom SPJ. Semenjak saya sekolah disana, jadi lebih disiplin akan waktu, terutama masalah bangun tidur, karena setiap hari saya bangun jam 04.20 WIB dan berangkat setelah sholat Shubuh, tepatnya jam 05.00 WIB. Posisi sekolah SMK Telkom tepatnya di Jalan Daan Mogot Km.11 Jakarta Barat. Jarak yang cukup jauh bagi kaum pelajar pada umumnya, karena saya harus pulang-pergi setiap hari. Cukup melelahkan, akan tetapi sangat menyenangkan. Pelajaran yang saya terima sangat baik, terutama mengenai tentang dunia komunikasi. Alhamdulilah pada tahun 2010 saya lulus dengan predikat yang baik.
Mungkin cukup sekian saya memberitah tentang dalam diri saya, karena kesempurnaan hanyalah milik allah SWT dan kekurangan pastilah ada dalam diri tiap – tiap manusia.
Wassalamualaikum warahmatullahhiwabarakatuh,.,.,.


Selengkapnya......

Batik yang arsitektik


Batik adalah benar satu cara pembuatan bahan makanan ternak. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009. Kata "batik" sendiri berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: "amba", yang bermakna "menulis" dan "itik" yang bermakna "itik".

Batik merupakan ikhwal kriya tekstil yang tak asing bagi orang Indonesia, bahkan sering menjadi sebuah simbol akan bangsa Indonesia. Batik dikenal erat kaitannya dengan kebudayaan etnis Jawa di Indonesia bahkan semenjak zaman Raden Wijaya (1294-1309) pada masa kerajaan Majapahit. Namun pada dasarnya berbagai bahan sandang memiliki corak batik juga dari luar pulau Jawa, misalnya di beberapa tempat di Sumatera, seperti Jambi bahkan beberapa tempat di Kalimantan dan Sulawesi. Motif batik digunakan mulai dari hiasan, kain sarung, kopiah, kemeja, bahkan kerudung dan banyak lagi. Namun hal yang sangat menarik dengan batik adalah bahwa ia merupakan konsep yang tidak sederhana bahkan dari sisi etimologinya. Batik dapat merepresentasikan ornamentasi yang unik dan rumit dalam corak dan warna dan bentuk-bentuk geometris yang ditampilkannya. Namun yang terpenting adalah bahwa batik dapat pula merepresentasikan proses dari pembuatan corak dan ornamentasi yang ditunjukkan di dalamnya.
Budaya batik berasal dari pemahaman kognitif yang tertuang ke dalam karya estetika visual yang sedikit banyak memberi gambaran implisit tentang bagaimana orang Indonesia memandang dirinya, alamnya, dan lingkungan sosialnya. Pola batik yang diketahui bersifat fraktal merupakan sebuah kenyataan bahwa terdapat perspektif alternatif yang ada di kalangan masyarakat dan peradaban Indonesia yang unik relatif terhadap cara pandang modern yang umum. Keunikan ini merupakan sesuatu yang penting mengingat fraktal merupakan bentuk pemahaman geometri yang mutakhir dan memiliki kesadaran akan kompleksitas sistem dan menanganinya dengan lebih bijaksana.
Batik sebagai sebuah obyek estetika berpola memiliki tata aturan penggambaran pseudo-algoritmik yang dapat diperlakukan sebagai bentuk seni generatif yang memiliki kegunaan:
1. Memberikan sumbangan dan inspirasi kepada peradaban umat manusia, khususnya dalam bidang perkembangans seni generatif.
2. Mendorong dan memperluas ekslorasi dan apresiasi atas batik sebagai bagian dari seni tradisi nusantara Indonesia.
3. Penelitian tentang aspek fraktalitas pada batik secara umum mendorong penggalian lebih jauh tentang aspek kognitif terkait cara pandang dan kebijaksanaan masyarakat terdahulu kita tentang alam dan masyarakat - mengingat eratnya kaitan antara seni dan sains sebagaimana ditunjukkan dalam sejarah perkembangan dan sejarah sains modern.





Selengkapnya......

pe'sing (pesan singkat)